Kitab Tauhid 1
oleh: Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan
A. Makna Tauhid Asma' Wa Sifat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam menurut apa yang pantas bagi Allah Subhannahu wa Ta'ala, tanpa ta'wil dan ta'thil, tanpa takyif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala : "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)
Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diriNya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh RasulNya. Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada sesudah Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada RasulNya.
Maka barangsiapa yang meng-ingkari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan menyifatiNya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau men-ta'wil-kan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan RasulNya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (Al-Kahfi: 15)
B. Manhaj salaf (para sahabat, tabi'in dan ulama pada kurun waktu yang diutamakan) dalam hal asma' dan sifat allah.
Yaitu mengimani dan menetapkannya sebagaimana ia datang tanpa tahrif (mengubah), ta'thil (menafikan), takyif (menanyakan bagaimana) dan tamtsil (menyerupakan), dan hal itu termasuk pengertian beriman kepada Allah.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata: "Kemudian ucapan yang menyeluruh dalam semua bab ini adalah hendaknya Allah itu disifati dengan apa yang Dia sifatkan untuk DiriNya atau yang disifatkan oleh Rasul-Nya, dan dengan apa yang disifatkan oleh As-Sabiqun Al-Awwalun (para generasi pertama), serta tidak melampaui Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Imam Ahmad Rahimahullaah berkata, Allah tidak boleh disifati kecuali dengan apa yang disifati olehNya untuk DiriNya atau apa yang disifatkan oleh RasulNya, serta tidak boleh melampaui Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Madzhab salaf menyifati Allah dengan apa yang Dia sifatkan untuk DiriNya dan dengan apa yang disifatkan oleh RasulNya, tanpa tahrif dan ta'thil, takyif dan tamtsil. Kita mengetahui bahwa apa yang Allah sifatkan untuk DiriNya adalah haq (benar), tidak mengandung teka-teki dan tidak untuk ditebak.
Maknanya sudah dimengerti, sebagaimana maksud orang yang berbicara juga dimengerti dari pembicaraannya. Apalagi jika yang berbicara itu adalah Rasulullah, manusia yang paling mengerti dengan apa yang dia katakan, yang paling fasih dalam menjelaskan ilmu, dan yang paling baik serta mengerti dalam menjelaskan atau memberi petunjuk. Dan sekali pun demikian tidaklah ada sesuatu pun yang menyerupai Allah. Tidak dalam Diri (Dzat)Nya Yang Mahasuci yang disebut dalam asma' dan sifatNya, juga tidak dalam perbuatanNya.
Sebagaimana yang kita yakini bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala mempunyai Dzat, juga af'al (perbuatan), maka begitu pula Dia benar-benar mempunyai sifat-sifat, tetapi tidak ada satu pun yang menyamaiNya, juga tidak dalam perbuatanNya. Setiap yang mengharuskan adanya kekurangan dan huduts maka Allah Subhannahu wa Ta'ala benar-benar bebas dan Mahasuci dari hal tersebut.
Sesungguhnya Allah adalah yang memiliki kesempurnaan yang paripurna, tidak ada batas di atasNya. Dan mustahil baginya mengalami huduts, karena mustahil bagiNya sifat 'adam (tidak ada); sebab huduts mengharuskan adanya sifat 'adam sebelumnya, dan karena sesuatu yang baru pasti memerlukan muhdits (yang mengadakan), juga karena Allah bersifat wajibul wujud binafsihi (wajib ada dengan sendiriNya).
Madzhab salaf adalah antara ta'thil dan tamtsil. Mereka tidak menyamakan atau menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhlukNya. Sebagaimana mereka tidak menyerupakan DzatNya dengan dzat pada makhlukNya. Mereka tidak menafikan apa yang Allah sifatkan untuk diriNya, atau apa yang disifatkan oleh RasulNya. Seandainya mereka menafikan, berarti mereka telah menghilangkan asma' husna dan sifat-sifatNya yang 'ulya (luhur), dan berarti mengubah kalam dari tempat yang sebenarnya, dan berarti pula mengingkari asma' Allah dan ayat-ayatNya.
Pentingnya Da'wah tauhid
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Al Jumu'ah: 2). Selama 13 tahun di Mekkah, Rasulullah selalu berkata kepada manusia: "Ucapkanlah La ilaa ha illallah, pasti kalian beruntung." Da'wah dan tarbiyah haruslah dimulai dengan pemantapan tauhid dihati masyarakat. Maka barang siapa menginginkan kekuasaan sebelum da'wah dan tarbiyah, pasti ia akan gagal. Sebelum berbuah, pohon aqidah yang ditanam memerlukan perawatan, penyiraman, dan pemupukan yang cukup lama dan intensif. Kemudian setelah itu kita tunggu dan kita harapkan buahnya. (Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr)
Labels
- Kitab Tauhid 1 (29)
- Kitab Tauhid 2 (6)
- Kitab Tauhid 3 Bab 1 (5)
- Kitab Tauhid 3 Bab 2 (11)
- Kitab Tauhid 3 Bab 3 (6)
- Kitab Tauhid 3 Bab 4 (4)
Kitab Tauhid 1
- Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama
- Sumber-sumber Aqidah Yang Benar dan Manhaj Salaf dalam Mengambil Aqidah.
- Penyimpangan Aqidah Dan Cara-Cara Penanggulangannya
- Makna Tauhid Rububiyah dan Kefitrahannya serta Pengakuan Orang-orang Musyrik Terhadapnya.
- Pengertian Rabb Dalam Al-Qur'an Dan As-Sunnah
- Alam Semesta Dan Fitrahnya Dalam Tunduk Dan Patuh Kepada Allah
- Manhaj Al-Qur'an Dalam Menetapkan Wujud Dan Keesaan Al-Khaliq
- Tauhid Rububiyah Mengharuskan Adanya Tauhid Uluhiyah
- Makna Tauhid Uluhiyah, Dan Bahwa Ia Adalah Inti Dakwah Para Rasul
- Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, Konsekuansi Dan Yang Membatalkannya
- TaSyRi'
- Ibadah: Pengertian, Macam Dan Keluasan Cakupannya
- Paham-Paham Yang Salah Tentang Pembatasan Ibadah
- Syarat Diterimanya Ibadah
- Pilar-Pilar Ubudiyah Yang Benar
- Tingkatan Dien
- Makna Tauhid Asma' Wa Sifat Dan Manhaj Salaf Di Dalamnya
- Asma' Husna Dan Sifat Kesempurnaan, Serta Pendapat Golongan Sesat Berikut Bantahannya
- Buah Tarbiyah Tauhid Asma' Wa Sifat Pada Diri Individu Dan Masyarakat
- Al-wala' wal bara'
- Mudahanah dan Mudarah berikut kaitannya dengan al-wala' wal bara'
- Beberapa Contoh Tentang Setia Dan Memusuhi Karena Allah
- Menyayangi Dan Memusuhi Para Ahli Maksiat
- Menyambut Dan Ikut rayakan Hari Raya Atau Pesta Orang Kafir Serta Berbelasungkawa dlm Hari Duka Mereka
- Hukum Meminta Bantuan Kepada Orang-Orang Kafir
- Mengutamakan Tinggal Dan Bekerja Di Negara Kafir
- Hukum Meniru Kaum Kuffar, Macam-Macam Dan Dampaknya
- Bentuk-Bentuk Taqlid Kepada Kuffar Yang Buruk
- Sikap Pasif Kaum Muslimin Dan Problematikanya
Makna Tauhid Asma' Wa Sifat Dan Manhaj Salaf Di Dalamnya
Saturday, May 14, 2005
Posted by Ummu Khansa at 7:55 PM
Labels: Kitab Tauhid 1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
bagaimana jika ada yang bertanya tentang sifat Alloh SWT, tetapi pertanyaanya mengandaikan/menyerupai dengan sifat makhluk? dan jika jawabannya tidak boleh disepertikan/diandaikan maka penjelasan selanjutnya bagaiman?
Barang siapa mengenal dirinya maka akan mengenal tuhannya.apa mksd nya??
Artikel yang bagus, semoga Alloh SWT memberi barokah kepada Anda...
by :
layanan aqiqah solo
Barokallohufiyk...
Artikel yg sangat bagus
Post a Comment